Minggu, 24 April 2011

Kisah Siti Fatimah r.a

Gembira hatinya, gembiralah Rasulullah s. a. w. Tertitis air matanya, berdukalah baginda. Dialah satu-satunya puteri yang paling dikasihi oleh junjungan Rasul selepas kewafatan isterinya yang paling dicintai, Siti Khadijah. Itulah Siti Fatimah r. a., wanita terkemuka di dunia dan penghuni syurga di akhirat.
Bersuamikan Sayyidina Ali bukanlah satu kebanggaan yang menjanjikan kekayaan harta. Ini adalah karena Sayyidina Ali yang merupakan salah seorang daripada empat sahabat yang sangat rapat dengan Rasulullah s. a. w., merupakan kalangan sahabat yang sangat miskin berbanding dengan yang lain.
Namun jauh di sanubari Rasulullah s. a. w. tersimpan perasaan kasih dan sayang yang sangat mendalam terhadapnya. Rasulullah s. a. w. pernah bersabda kepada Sayyidina Ali,"Fatimah lebih kucintai daripada engkau, namun dalam pandanganku engkau lebih mulia daripada dia."(Riwayat Abu Hurairah)
Wanita pilihan untuk lelaki pilihan. Fatimah mewarisi akhlak ibunya Siti Khadijah. Tidak pernah membebani dan menyakiti suami dengan kata- kata atau sikap. Sentiasa senyum menyambut kepulangan suami hingga hilang separuh masalah suaminya. Dengan mas kahwin hanya 400 dirham hasil jualan baju perang kepada Sayyidina Usman Ibnu Affan itulah dia memulai penghidupan dengan wanita yang sangat dimuliakan Allah di dunia dan di Akhirat.
Bukan Sayyidina Ali tidak mahu menyediakan seorang pembantu untuk isterinya tetapi sememangnya beliau tidak mampu berbuat demikian. Meskipun beliau cukup tahu isterinya saban hari bertungkus-lumus menguruskan anak-anak, memasak, membasuh dan menggiling tepung, dan yang lebih memenatkan lagi bila terpaksa mengambil air berbatu-batu jauhnya sehingga kelihatan tanda di bahu kiri dan kanannya.
Suami mana yang tidak sayang isteri. Ada ketikanya bila Sayyidina Ali berada di rumah, beliau akan turut sama menyinsing lengan membantu Siti Fatimah menggiling tepung di dapur. "Terima kasih suamiku," bisik Fatimah pada suaminya. Usaha sekecil itu, di celah-celah kesibukan sudah cukup berkesan dalam membelai perasaan seorang isteri.
Suatu hari, Rasulullah s. a. w. masuk ke rumah anaknya. Didapati puterinya yang berpakaian kasar itu sedang mengisar biji-biji gandum dalam linangan air mata. Fatimah segera mengesat air matanya tatkala menyedari kehadiran ayahanda kesayangannya itu.
Lalu ditanya oleh baginda, "Wahai buah hatiku, apakah yang engkau tangiskan itu? Semoga Allah menggembirakanmu."
Dalam nada sayu Fatimah berkata, "Wahai ayahanda, sesungguhnya anakmu ini terlalu penat kerana terpaksa mengisar gandum dan menguruskan segala urusan rumah seorang diri. Wahai ayahanda, kiranya tidak keberatan bolehkah ayahanda meminta suamiku menyediakan seorang pembantu untukku?"
Baginda tersenyum seraya bangun mendapatkan kisaran tepung itu. Dengan lafaz Bismillah, Baginda meletakkan segenggam gandum ke dalam kisaran itu. Dengan izin Allah, maka berkumpulah kisaran itu dengan sendirinya. Hati Fatimah sangat terhibur dan merasa sangat gembira dengan hadiah istimewa dari ayahandanya itu. Habis semua gandumnya dikisar dan batu kisar itu tidak akan berhenti selagi tidak ada arahan untuk berhenti, sampai Rasulullah   s. a. w. menghentikannya.
Berkata Rasulullah s. a. w. dengan kata-kata yang masyhur, "Wahai Fatimah, Gunung Uhud pernah ditawarkan kepadaku untuk menjadi emas, namun ayahanda memilih untuk keluarga kita kesenangan di akhirat." Jelas, Baginda Rasul mahu mendidik puterinya bahwa kesusahan bukanlah penghalang untuk menjadi solehah.
Ayahanda yang penyayang terus merenung puterinya dengan pandangan kasih sayang, "Puteriku, mahukah engkau kuajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kau pinta itu?"
"Tentu sekali ya Rasulullah," jawab Siti Fatimah kegirangan.
Rasulullah s. a. w. bersabda, "Jibril telah mengajarku beberapa kalimah. Setiap kali selesai sembahyang, hendaklah membaca 'Subhanallah' sepuluh kali, Alhamdulillah' sepuluh kali dan 'Allahu Akbar' sepuluh kali. Kemudian ketika hendak tidur baca 'Subhanallah', 'Alhamdulillah' dan 'Allahu Akbar' ini sebanyak tiga puluh tiga kali."
Ternyata amalan itu telah memberi kesan kepada Siti Fatimah. Semua kerja rumah dapat dilaksanakan dengan mudah dan sempurna meskipun tanpa pembantu rumah. Itulah hadiah istimewa dari Allah buat hamba-hamba yang hatinya sentiasa mengingatiNya.

Sabtu, 23 April 2011

SABAR LAKSANA MENTARI

“Sabar itu umpama sinar matahari.” (Muttafaq ‘alaih) Walaupun ia panas menyengat, tetapi dialah sumber tenaga yang menyinari alam. Sabar adalah mentari dalam kehidupan kita. Tanpa sabar, kita selamanya berada dalam kegelapan.  

 

Jika langit hendak runtuh
Bagaimana jari hendak menahannya
Kita hamba yang dibatasi takdir
Di situlah nokhtah segala tadbir

Hitungkan laut kesyukuran
Di pinggir pantai kesabaran  
Carilah hikmah tuailah iktibar
Sabarlah dalam bersabar

Betapa pun terasa pahit
Janganlah hendaknya tercalar tauhid
Sesungguhnya sabar itu indah
Didikan terus daripada Allah

Ujian itu penebus dosa…
Meningkatkan derajat
Menambahkan pahala
Bingkisan tazkirah daripada yang Esa
Bagai ombak…
penghias samudera!

Sabar itu ada di hati. Apabila hati baik, wajah akan kelihatan cantik. Apabila hati baik, kita akan sentiasa dapat melihat kebaikan. Ya, bersabarlah! Do good, you will become good and feel good – buat baik, kita akan jadi orang baik dan kita akan merasai ketenangan dan keindahan dengan kebaikan itu. Sesungguhnya… sabar itu indah!

Sabar Itu Indah

Tiga Hari Dalam Hidup Ini

.
Hari pertama : Hari kemarin.
Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan
Dan mengulangi kegembiraan yang kita rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat dan beristirahat dengan tenang;

Lepaskan saja…
Hari kedua : hari esok.
Hingga mentari esok hari terbit,
Kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba;
Toh belum tentu esok hari Kita merengkuhnya

Biarkan saja…
Yang tersisa kini hanyalah hari ini.
Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri Kita untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini
Bila Kita mampu memaafkan hari kemarin
Dan melepaskan ketakutan akan esok hari.

Hiduplah hari ini.
Karena, masa lalu dan masa depan
Hanyalah permainan pikiran yang rumit.

Hiduplah apa adanya.
Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat,
Meski mereka berlaku buruk pada Kita.

Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini,
Karena mungkin besok cerita sudah berganti.

Ingatlah bahwa
Kita menunjukkan penghargaan pada orang lain
Bukan karena siapa mereka,
Tetapi karena siapakah diri Kita sendiri
Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu
atau masa depan membuatmu bingung,
Lakukan yang terbaik HARI INI
dan lakukan sekarang juga

Ketika Aku Tua

Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah,bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau
dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu
kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan
mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk
memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk
mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau
disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai
belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang
temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa
syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.

AKHWAT

Seorang remaja pria bertanya pada ibunya, ”Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati!”
Sang Ibu tersenyum dan menjawab… Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya. Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati di tempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati di dalam rumah.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan. Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia mengahdapi lika-liku kehidupan.
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca.

PERJALANAN

perjalananku masih jauh..
demi mecari cinta dan ridho MU..
hingga ke ujung destinasi.
andai perjalanan ini mudah..
pasti banyak yang orang mengikutinya..
andai perjalanan ini menjanjikan kesenangan..
pasti banyak orang tertarik padanya..
tapi hakekat perjuangan bukan begitu..
turun naiknya, sakit pedihnya..
laksana kepahitan yang berbuah manis tak terhingga..
andai jatuh, bangun dan bangkitkanlah kembali..
andai terluka, ingatlah akan janji NYA..
selamat berjuang...!!
PEMENANG SEJATI
“Whatever you face, just dont show that you are sad. Just live your life, ignore others and just be happy. Thats how to win a race.” Dan saya sempat terdiam sejenak and said “Wow!! You teach me how to be a winner!!”.

Pemenang sejati adalah mereka yang tidak pernah merasa dan memperlihatkan bahwa mereka telah kalah (dan memang tidak pernah ada kosakata kalah dalam kamus hidup mereka).

Pemenang sejati adalah mereka yang dengan ikhlas dan lapang dada menerima kenyataan bahwa mereka harus mendapatkan second position yang dengan kata lain bahwa mereka mengakui ada yang lebih baik dari mereka dan menjadi target pencapaian selanjutnya.

Pemenang sejati adalah mereka yang selalu bisa tersenyum atas kemenangan kompetitornya.

Pemenang sejati adalah mereka yang belajar dari strategi pemenang lain bukan justru mencari-cari kelemahannya.

Pemenang sejati adalah yang selalu memperoleh evaluasi dari kemenangan hari ini untuk tidak pernah berhenti menjadi yang terbaik di kompetisi-kompetisi selanjutnya.

Pemenang sejati adalah yang selalu menghargai kemajuan hasil kemenangannya sesedikit apapun itu.

“If you hit three out of ten, you’re a star. If you get even a little better than that, than you’re a superstar.”
(Marthian Child)

Kalo kata senandungnya Sheilla On 7 “Bila kita jatuh nanti, kita siap tuk melompat lebih tinggi”…

Pemenang sejati tidak pernah mengenal kata akhir dan tidak pernah mengenal kata bosan untuk mencoba terus melompat lebih tinggi!!!

Dare each of yourself to be a winner!!!